Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Berprasangka Baik Pada Perilaku Menantang Anak di Usia 2-5 Tahun

 

Berprasangka Baik Pada Perilaku Menantang Anak di Usia 2-5 Tahun

    Melihat tumbuh kembang anak merupakan hal yang selalu dinantikan oleh orang tua, apalagi jika anak kita sudah menunjukkan perilaku atau sikap yang positif baik kepada kita atau orang lain. Namun, nyatanya tidak semua anak dapat menunjukkan hal yang positif terutama ketika anak sudah memasuki usia 2-5 tahun. Ada banyak tingkah laku yang menguji kesabaran orang tua dan malah kadang juga membuat khawatir. Di umur tersebut tentu wajar, mengingat anak-anak di usia itu sangat tinggi rasa ingin tahunya serta belum mampu mengontrol emosinya. Oleh karena itu, jangan heran jika di umur tersebut anak, melakukan tindakan-tindakan yang sedikit berbeda, menantang bahkan membahayakan. Hal ini terjadi karena di usia tersebut anak-anak belum dapat membedakan antara yang baik dan tidak baik.

     Untuk itu orang tua perlu memahami sikap anak-anaknya, misalnya dengan cara memberikan perhatian dan mengawasi setiap gerak-gerik anaknya. Hal ini bertujuan agar anak-anak kita dapat tumbuh menjadi pribadi yang positif dan terhindar dari hal-hal yang dapat membahayakan bagi dirinya dan juga orang lain. Di usia 2-5 tahun merupakan masa-masa anak terbiasa meniru segala hal yang ia dengar dan lihat di sekelilingnya. 

    Ketika anak meniru hal yang baik tentu orang tua akan tenang hatinya, namun sebaliknya jika anak justru meniru perilaku atau ucapan yang tidak baik, tentu hal ini menjadi pekerjaan bagi orang tua untuk memberikan pengarahan tentang konsep baik dan buruk. Ketika anak melakukan suatu tindakan, itu merupakan salah satu cara anak dalam mengungkapkan perasaan dan emosinya. Oleh karena itu, orang tua perlu memvalidasi emosi anak agar nantinya mudah diarahkan dan tidak sampai membuat kita marah dan sampai mematikan rasa ingin tahu si anak.

Beberapa hal perilaku yang biasanya anak lakukan di usia 2-5 tahun antara lain

1.       Melempar-lempar barang

      Pada usia tersebut biasanya anak-anak melempar barang untuk mengeksplorasi benda, bunyi dan sebab akibatnya, sehingga ketika anak-anak penasaran dengan suatu benda dan mengetahui bunyi yang ditimbulkan maka biasanya anak akan mengulangi hal tersebut berulang kali, ketika anak mulai bosan mengeksplorasi benda tersebut anak biasanya akan melemparnya. Namun, ketika anak melakukan tindakan tersebut juga secara tidak sadar anak sedang melatih kemampuan motorik dan melatih koordinasi mata dan tangan.

    Meskipun demikian, tindakan tersebut harus tetap di awasi dan orang tua harus mencari opsi pengalihan dari tindakan tersebut. Ketika anak melempar-lempar barang, itu juga salah wujud ungkapan marah atau meluapkan kekesalannya. Jika hal tersebut terjadi, maka orang tua harus secepatnya mencari tahu penyebabnya dan segera mengatasi permasalahan tersebut dengan cara yang bijak.

2.       Anak begerak tiada henti

    Sudah menjadi sesuatu yang wajar, jika di umur tersebut anak-anak sangat aktif bergerak dan berlari-larian. Namun, beberapa orang tua justru kadang merasa kerepotan ketika harus terus mengawasi anak-anaknya yang terus bergerak aktif. Ada juga orang tua yang khawatir ketika anaknya bergerak terlalu aktif, karena takut terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Namun, di umur tersebut ketika orang tua meminta dan memaksa anak untuk diam, justru anak akan terus bergejolak dan meminta untuk dilepaskan. Ketika anak bergerak aktif berarti anak sedang memenuhi kebutuhan geraknya dan ketika anak mempunyai energi yang berlebih maka energi tersebut harus tersalurkan melalui berbagai kegiatan, salah satunya dengan bergerak atau berlari.

3.       Menyentuh Alat Kelamin

      Di usia 2-5 tahun, tentu orang tua pernah melihat anaknya mulai menyentuh alat kelaminnya. Hal ini wajar karena mereka sedang belajar mengenali anggota tubuhnya. Ini menjadi kesempatan bagi orang tua untuk memberikan pengetahuan terkait organ-organ tubuh beserta dengan fungsinya. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh anak sehingga nantinya pendidikan seks di usia kecil dapat diterima oleh anak. Beritahu anak supaya tidak memainkan alat kelaminnya lagi serta ajarkan mereka mencuci tangannya setelah ia memegang alat kelaminnya.

4.       Berbicara Sendiri

    Tentu kita pernah melihat anak-anak kita berbicara sendiri ketika sedang bermain. Orang tua tentu merasa khawatir terhadap perilaku anak tersebut. Di dalam benak orang tua terbesit pikiran, apakah anaknya mengalami suatu gangguan emosi tertentu. Ternyata, ada kalanya anak berbicara sendiri dengan mainannya karena anak sedang menggunakan kemampuan imajinasi dan keterampilan bahasanya. Ayah dan Bunda tidak perlu khawatir berlebihan terutama ketika anak masih dapat merespon perkataan dan pertanyaan orang tuanya.

5.        Membaca buku atau menonton video yang sama berulang kali.

    Ketika anak sedang menyukai suatu buku atau tontonan video dari suatu tokoh, biasanya anak akan terus meminta orang tuanya untuk membacakan buku tersebut atau memutarkan video tersebut secara terus menerus. Kita sebagai orang tua tentu akan merasa bosan jika terus menerus melakukan hal yang sama, tetapi berbeda dengan anak yang tidak ada rasa bosannya. 

    Hal ini karena anak telah memiliki preferensinya sendiri terkait dengan bacaan dan tontonan yang menarik baginya. Namun, ada baiknya orang tua juga perlu memilihkan bacaan dan tontonan yang disesuaikan dengan umurnya, agar anak dapat tumbuh secara optimal sesuai dengan tahapan umurnya. Selain itu, ternyata kebiasaan anak yang seperti ini, dapat melatih anak untuk belajar tentang keteraturan yaitu melalui kegiatan repetitif.

    Ketika anak kita mulai aktif melakukan hal-hal yang menurutku kita tidak baik, namun nyatanya dibalik semua itu anak-anak kita sedang berusaha mengeksplorasi dirinya sendiri akibat rasa ingin tahunya. Orang tua tidak perlu khwatir dengan semua hal yang dilakukan, orang tua hanya perlu mengawasi dan mengarahkankannya ketika ada hal-hal yang menurut kita tidak baik atau membahayakan bagi dirinya dan orang lain.

    Memang tidak mudah menghadapi perilaku anak yang menantang, tetapi cobalah untuk membimbing anak dengan penuh kesabaran. Jangan sampai kita mudah terpancing emosi dan malah kelepasan sampai marah-marah. Kita harus tetap berprasangka baik pada anak dan mencari kira-kira hal apa yang menjadi penyebab anak-anak menjadi berperilaku tidak baik. Kita sebagai orang tua sebisa mungkin, jangan sampai memberikan label anak bandel/anak nakal pada mereka. Ingat di umur 2-5 anak-anak masih dalam tahap belajar dan meniru sehingga mereka masih membutuhkan bimbingan dan arahan dari orang tuanya.

   Jangan sampai kita membunuh rasa ingin tahunya, hanya karena anak berbuat sesuatu yang menurutku kita tidak baik, semisal melempar barang, anak tidak mau diam dan lainnya. Orang tua harus menyadari bahwa di umur tersebut juga tidak semua anak dapat membedakan antara yang baik, buruk atau yang aman dan membahayakan bagi dirinya. Maka dalam mendidik orang tua harus tetap mengedepankan rasa kasih sayang dan jangan sampai kita melontarkan kata-kata yang dapat menjatuhkan semangat belajar dan rasa ingin tahunya.


Setiono, S.Pd., Gr.
Setiono, S.Pd., Gr. Seorang guru MI yang menyukai dunia blogging dan teknologi.

Post a Comment for "Berprasangka Baik Pada Perilaku Menantang Anak di Usia 2-5 Tahun"