Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Rangkuman Teori Belajar Kognitif Untuk Persiapan Pretes dan PPPK

 

Rangkuman Teori Belajar Kognitif Untuk Persiapan Pretes dan PPPK

Assalamu’alaikum wr.wb

Selamat datang di web gurusatset.com. Pada kesempatan hari ini, saya akan membagikan sebuah rangkuman terkait salah satu teori belajar. Materi teori belajar ini merupakan salah satu materi yang sangat penting untuk kita ketahui dan pelajari. Materi teori belajar ini juga biasanya sering muncul pada ujian seleksi seperti pretes PPG, PPPK dan lainnya. Pada hari ini saya akan khusus membahas tentang teori belajar kognitif. Silahkan simak dan baca rangkuman ini sampai selesai.

Teori Belajar Kognitif

         Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, tetapi lebih dari itu belajar dengan teori kognitif melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.

          Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalamanpengalaman sebelumnya. Bagi kognitivisme, belajar merupakan interaksi antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi terus menerus sepanjang hayatnya.

Teori Belajar Kognitif menurut Para Ahli

Teori Perkembangan Jean Piaget

       Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin kompleks susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif.

    Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi merupakan proses pengintegrasian atau penyatuan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu. Proses akomodasi merupakan proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Sedangkan proses ekuilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.

   Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu

1.    Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun), memiliki ciri pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana.

2.    Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun) ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan simbol atau bahasa tanda

3.    Tahap operasional konkrit (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun). Pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkrit

4.    Tahap Operasional formal (umur 11/12-18 tahun) perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir

Teori Belajar Menurut Jerome Bruner

         Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang disebut free discovery learning, dia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman. Kajian Bruner menekankan perkembangan kognitif. Menurut Bruner, perkembangan kognitif melalui tiga tahapan yang ditentukan cara melihat lingkungan, yaitu enaktif (0-2 tahun), ikonik (2-4 tahun), dan simbolik (5-7 tahun). Berikut ini penjelasannya

1.    Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya.

2.    Tahap ikonik, seseorang memahami obyek-obyek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal.

3.    Tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasangagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika.

     Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara menyusun materi pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap perkembangan orang tersebut. Gagasannya mengenai kurikulum spiral (a spiral curriculum) sebagai suatu cara mengorganisasikan materi pelajaran tingkat makro, menunjukkan cara mengurutkan materi pelajaran mulai dari mengajarkan.

       Bruner memandang bahwa suatu konsep memiliki 5 unsur, dan seseorang dikatakan memahami suatu konsep apabila mengetahui semua unsur dari konsep itu, meliputi: 1) Nama, 2) Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif, 3) Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak, 4) Rentangan karakteristik, dan 5) Kaidah.

Teori Belajar Menurut David Ausubel

        Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada yang meliputi fakta, konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa

      Bagi Ausebel belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel ialah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu.

     Sedangkan belajar hafalan akan terjadi bila dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep-konsep relevan, informasi baru dipelajari secara hafalan dan tidak ada usaha untuk mengasimilasikan pengetahuan baru pada konsep konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif. Dikatakan bahwa pengetahuan diorganisasi dalam ingatan seseorang dalam struktur hirarki.

     Advance organizers yang juga dikembangkan oleh Ausubel merupakan penerapan konsepsi tentang struktur kognitif di dalam merancang pembelajaran. Penggunaan advance organizers sebagai kerangka isi akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi.

Teori Belajar menurut Gagne

    Terkait dengan hasil belajar, Gagne mengemukakan ada lima macam hasil belajar, tiga di antaranya bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu lagi bersifat psikomotorik. Menurut Gagne, ada lima kemampuan hasil belajar, yaitu: kemampuan intelektual, strategi kognitif, sikap, informasi verbal dan ketrampilan motorik.

Itulah tadi artikel terkait rangkuman teori Kognitivisme mulai pengertian dan pendapat para ahli. Diharapkan dengan adanya artikel ini, semoga dapat membantu Bapak atau Ibu yang belum paham terkait dengan teori belajar ini. Rangkuman ini juga insyaallah bermanfaat bagi Bapak/Ibu yang sedang belajar untuk persiapan pretest PPG ataupun mengikuti seleksi PPPK


Setiono, S.Pd., Gr.
Setiono, S.Pd., Gr. Seorang guru MI yang menyukai dunia blogging dan teknologi.

Post a Comment for "Rangkuman Teori Belajar Kognitif Untuk Persiapan Pretes dan PPPK"