Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Rangkuman Teori Belajar Behavioristik Untuk Persiapan Pretes PPG dan PPPK

 

Rangkuman Teori Belajar Behavioristik Untuk Persiapan Pretes PPG dan PPPK


Assalamu’alaikum wr.wb

Selamat datang di web gurusatset.com. Pada kesempatan hari ini, saya akan membagikan sebuah rangkuman terkait salah satu teori belajar. Materi teori belajar ini merupakan salah satu materi yang sangat penting untuk kita ketahui dan pelajari. Materi teori belajar ini juga biasanya sering muncul pada ujian seleksi seperti pretes PPG, PPPK dan lainnya. Pada hari ini saya akan khusus membahas tentang teori belajar behavioristik. Silahkan simak dan baca rangkuman ini sampai selesai.

Pengertian Belajar Menurut Teori Behavioristik

      Teori Behavioristik berpendapat bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang diakibatkan adanya interaksi antara stimulus dan respon, sehingga seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons.

         Menurut teori behavioristik, apa yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons. Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat.

     Teori behavioristik berangkat dari aliran psikologi behaviorisme yang menyimpulkan perilaku manusia itu bisa dibentuk menjadi baik atau buruk oleh lingkungan. Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skiner. Berikut ini akan saya jelaskan satu persatu pandangan dari para ahli berhavioristik tersebut.

Teori Belajar Behavioristik Menurut Para Ahli

Teori Belajar Menurut Edward Lee Thorndike

    Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Teori belajar Thorndike ini disebut teori “Connectionism”, karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berujud kongkrit yaitu yang dapat diamati, atau tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati.

        Dalam proses eksperimennya yang melalui proses trial and error, Thorndike menemukan 3 hukum pokok, yaitu:

1.    Hukum latihan (dalam proses pembelajaran dibutuhkan adanya latihan untuk memperkuat hubungan antara stimulus dan respon, oleh karena itu pemberian ulangan/tes yang diberikan oleh guru merupakan implementasi dari hukum tersebut),

2.    Hukum akibat (pemberian hadiah adalah tindakan yang menyenangkan siswa, sehingga siswa cenderung mau melakukan lagi perbuatan yang menyebabkan dia mendapatkan hadiah tersebut. Sebaliknya pemberian hukuman adalah tindakan yang tidak menyenangkan siswa, sehingga siswa cenderung tidak mengulang

3.    Hukum Kesiapan (belajar akan lebih efektif apabila siswa memiliki kesiapan untuk belajar)

Teori Belajar Menurut John Broades Watson

       Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Ia tetap mengakui bahwa perubahan-perubahan mental dalam benak siswa itu penting, namun semua itu tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat diamati. 

Teori Belajar Menurut Edwin Ray Guthrie

     Hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar siswa perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat lebih tetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan dan perilaku seseorang.

Teori Belajar Menurut Burrhusm Frederic Skinner

    Pada dasarnya stimulus-stimulus yang diberikan kepada seseorang akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus tersebut akan mempengaruhi bentuk respon yang akan diberikan. Untuk memahami tingkah laku seseorang secara benar, maka kita perlu terlebih dahulu memahami hubungan antara stimulus satu dengan lainnya, serta memahami respon yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin akan timbul sebagai akibat dari respon tersebut.

     Teori Skiner memiliki pengaruh yang cukup besar erhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul, dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus–respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement).

Kelemahan Teori Belajar Behavioristik

      Teori behavioristik tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut. Pandangan behavioristik ini juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi siswa, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama.

      Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa siswa menuju suatu target tertentu sehingga menjadikan siswa untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.

   Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan belajar. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung membatasi siswa untuk bebas berpikir dan berimajinasi. Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie. Skinner berpedapat bahwa hukuman dan penguatan negatif itu berbeda. Ketidaksamaannya terletak pada akibatnya, bila hukuman diberikan (sebagai stimulus) untuk menghentikan respon siswa yang dianggap tidak baik, sedangkan penguatan negatif diberikan sebagai stimulus untuk mengurangi secara perlahan respon siswa yang dianggap tidak baik.

Aplikasi Teori Behavioristik dalam Kegiatan Pembelajaran

       Pada teori Behavioristik saat pembelajaran perlu adanya proses pengulangan (repetition) materi, karena dapat membentuk pembiasaan. (1) Pemberian stimulus yang menyenangkan terhadap tindakan baik contohnya seorang siswa mendapatkan prestasi belajar yang bagus maka si anak harus diberikan stimulus agar dia terus termotivasi untuk mempertahankan prestasinya. (2) Pemberian hukuman dan hadiah diperlukan dalam rangka menciptakan disiplin kelas yang kondusif pada proses pembelajaran. Misal, ada siswa yang membuat keributan di dalam kelas, maka hal ini akan mengganggu dan menghambat kegiatan pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran akan sulit di capai. (3) Proses pembelajaran akan berjalan secara efektif jika siswa sudah memiliki kesiapan untuk mengikuti proses belajar, baik kesiapan mental maupun kesiapan menerima materi.

    Di atas sudah kita pelajari bersama tentang pengertian, pendapat para ahli, aplikasinya serta kelemahannya. Sehingga dengan adanya artikel ini, semoga dapat membantu Bapak atau Ibu yang belum paham terkait dengan teori belajar ini. Rangkuman ini juga insyaallah bermanfaat bagi Bapak/Ibu yang sedang belajar untuk persiapan pretest PPG ataupun mengikuti seleksi PPPK.


Setiono, S.Pd., Gr.
Setiono, S.Pd., Gr. Seorang guru MI yang menyukai dunia blogging dan teknologi.

Post a Comment for "Rangkuman Teori Belajar Behavioristik Untuk Persiapan Pretes PPG dan PPPK"