Perbedaan Model Pembelajaran Discovery, PjBL, PBL, Inkuiri dan CTL
Salah satu kunci sukses agar siswa
kita mudah dalam memahami materi ialah dengan memilih model pembelajaran yang
tepat. Model pembelajaran yang mampu mengakomodasi kemampuan siswa tentu akan
berdampak positif pada proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang monoton tentu
akan membuat siswa jenuh dan bosan. Siswa biasanya akan mengalihkan perhatiannya
ke hal-hal yang negatif misalnya sibuk berbicara dengan temannya, bermain
dengan teman sebelahnya atau malah asyik bercanda dengan temannya.
Jika hal ini dibiarkan begitu saja,
tentu akan berdampak negatif bagi siswa seperti sulitnya mereka dalam menerima
dan memahami materi yang disampaikan dan siswa juga nantinya akan kesulitan
dalam menjawab soal-soal pada saat ulangan. Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran yang bervariasi. Ada beberapa model pembelajaran yang dapat kita implementasikan
di kelas kita. Simak uraian lengkapnya mengenai beberapa model pembelajaran berikut
ini
Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Pada pembelajaran discovery learning siswa didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk (konstruksi) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami.
Penggunaan Discovery Learning merubah kondisi belajar dari yang pasif menjadi aktif dan lebih kreatif. Mengubah pola pembelajaran dari yang berpusat pada guru (teacher oriented) menjadi berpusat pada siswa (student oriented). Merubah siswa dari yang hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru menjadi discovery (siswa menemukan informasi sendiri).
Langkah-langkah dalam pembelajaran discovery antara lain yaitu menciptakan stimulus/rangsangan, menyiapkan pernyataan masalah, mengumpulkan data, mengolah data, memverifikasi data dan menarik kesimpulan.
Pendidkan Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Pembelajaran Berbasis Proyek
memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali materi dengan
menggunakan berbagai cara yang bermakna misalnya dengan melakukan eksperimen
secara kolaboratif. Proses inquiry dimulai dengan
memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) kemudian membimbing
peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai
subjek (materi) dalam kurikulum.
Langkah-langkah pembelajaran project based learning yaitu dimulai dengan menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek, mendesain perencanaan proyek, menyusun jadwal, memonitor kegiatan dan perkembangan proyek, menguji hasil dan mengevaluasi kegiatan.
Manfaat model pembelajaran project
based learning antara lain mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
memecahkan masalah, mengembangkan keterampilan komunikasi dan kolaborasi,
memberikan pengalaman kepada peserta didik dalam belajar, praktik
mengorganisasi suatu proyek dan membuat alokasi waktu, meningkatkan motivasi
sehingga membuat suasana belajar menjadi menyenangkan.
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Model pembelajaran berbasis masalah menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari peserta didik (bersifat kontekstual) sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk menarik rasa ingin tahu peserta didik. Masalah yang diberikan kepada peserta didik tentunya mengenai konsep/materi yang belum dipelajari oleh peserta didik untuk selanjutnya masalah tersebut harus dipecahkan secara berkelompok untuk menemukan suatu jalan keluar atau solusi.
Langkah-langkah dalam pembelajaran berbasis masalah antara lain yaitu mengorientasi peserta didik pada masalah, mengorganisasikan kegiatan pembelajaran, membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching Learning)
CTL merupakan konsep belajar yang
membantu para guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka Pembelajaran Kontekstual
adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi konstruktivistik. Filosofi ini berpendapat bahwa siswa mampu
menyerap pelajaran dengan cara mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan
pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.
Konsep CTL mengatakan bahwa belajar akan lebih bermakna jika anak didik ‘mengalami’ sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekedar ‘mengetahui’ apa yang dipelajarinya. Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi ‘mengingat’ jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak didik memecahkan persoalan dalam kehidupan.
3 Konsep dalam Contextual Teaching Learning yaitu (1) menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi (2) CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. (3) CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan.
5 karakteristik penting yang perlu kita
ketahui dalam proses pembelajaran yang menggunakan CTL: (1) Dalam CTL
pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada. (2)
Pembelajaran yang kontekstual adalah pembelajaran dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge), (3) Pemahaman pengetahuan
berarti pengetahuan yang diperoleh untuk dipahami dan diyakini bukan untuk
dihafalkan. (4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge) (5) Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan
pengetahuan.
Pembelajaran Inkuiri (Inquiry Learning)
Pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan, sehingga materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Pada pembelajaran inkuiri guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing sedangkan peran siswa dalam pembelajaran ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Pembelajaran inkuiri menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Ciri-ciri belajar inkuiri yaitu: (1) pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, (2) seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, (3) tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis.
Prinsip dalam pembelajaran inkuiri yaitu (1) Berorientasi pada Pengembangan Intelektual berarti pembelajaran selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. (2) Prinsip Interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. (3) Prinsip bertanya berarti kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan, selain itu juga perlu dikembangkan sikap kritis siswa dengan selalu bertanya dan mempertanyakan berbagai fenomena yang sedang dipelajarinya. (4) Prinsip Keterbukaan berarti tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis. Langkah-langkah dalam pembelajaran inkuiri yaitu merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis, menguji jawaban tentatif, menarik kesimpulan, menerapkan kesimpulan dan generalisasi.
Itulah beberapa contoh model pembelajaran yang
dapat di implementasikan di kelas kita. Dengan menggunakan model pembelajaran
yang bervariasi, membuat suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan karena
anak dapat terlibat aktif di dalam pembelajaran. Selain itu, penggunaan model
pembelajaran yang bervariasi juga akan lebih memudahkan anak didik dalam memahami
materi yang akan kita sampaikan. Oleh
karena itu, guru harus jeli dan memetakan materi mana saja yang harus
menggunakan model discovery, project based learning, problem based learning,
CTL atau inkuiri.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat juga
membuat materi dapat bertahan lebih lama di memori anak karena anak dapat
langsung mempraktikan dan merasakannya. Selain itu, anak juga menjadi
lebih kritis, lebih terbuka dan berani dalam berpendapat, meningkatkan
kerjasama, serta terampil dalam memecahkan suatu masalah.
Ilmunya sangat bermanfaat, saya menjadi paham letak perbedaan berbagai macam model-model pembelajaran. Terim kasih Pak.
ReplyDelete